Kisah Thalhah bin Ubaidilah merupakan salah satu umat Rasulullah Saw yang patut diteladani.
Namanya mungkin tidak seterkenal Abu Bakar bin Shiddiq, Usman bin Affan, Umar bin Khatab, atau Ali bin Abi Thalib. Empat orang yang menjadi Khulafaur Rasyidin sepeninggal Nabi Muhammad Saw.
Namun, satu hal yang menjadikannya istimewa. Dia adalah salah satu dari 10 orang yang dijanjikan masuk surga oleh Allah Swt melalui Rasulullah Saw.
Kisah Thalhah bin Ubaidilah yang Dermawan
Kisah Thalhah bin Ubaidilah dimulai dari kelahirannya.
Dia merupakan keturunan bangsawan Quraisy. Nama lengkapnya Thalhah bin Ubaidilah bin Usman bin Kaab bin Said.
Thalhah dan Rasulullah diketahui satu murrah atau mempunyai leluhur yang sama.
Ketika Islam pertama kali diperkenalkan di Mekkah hanya orang-orang terdekat saja yang mengetahui kebenarannya.
Istri Rasulullah Khadijah, anak pamannya Ali bin Abi Thalib, dan sahabat Abu Bakar Shiddq menjadi yang pertama mempercayai kerasulan Muhammad Saw.
Dalam kisah Thalhah bin Ubaidilah, dia merupakan orang beruntung. Melalui anak pamannya, Abu Bakar dia juga menyatakan masuk Islam, mengakui Allah dan RasulNya. Dia menjadi 8 orang pertama masuk Islam yang kemudian dikenal dengan nama Assabiqunal Awwalun.
Setelah memeluk Islam, Thalhah dikenal karena kebaikan hatinya.
Itu sebabnya, dia mendapat banyak julukan senada, seperti Al Khair (yang baik), Al-Fayadh (yang murah hati), dan Al-Jud (yang dermawan).
Peristiwa Hadramaut merupakan kisah paling terkenal tentang kedermawananannya.
Saat itu dia mendapat sejumlah uang dari Hadramaut (pemimpin) di Yaman. Jumlahnya tidak sedikit, ada 700 dirham. Angka tersebut jika dinilai dengan rupiah sekitar 25 miliar sekarang.
Thalhah bingung akan diapakan uang sebanyak itu. Istrinya, Su’da binti Auf memberikan saran, uang dibagikan kepada fakir miskin.
Thalhah mengikuti saran istrinya. Semua uang yang diterima dari Hadramaut dibagi-bagikan kepada yang membutuhkan tanpa sisa.
Di luar kisah di atas, Thalhah juga membiayai pernikahan anak-anak muda dan mencukupi kebutuhan keluarga yang tidak mampu sehari-hati.
Kisah Thalhah bin Ubadidilah Sebagai Syahid yang Masih Hidup
Ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, Thalhah dan istrinya ikut berangkat bersama rombongan muslim lain.
Di Madinah, beberapa kali orang-orang Quraisy Mekah datang dengan tujuan memerangi umat Islam. Perang tidak dapat dielakkan.
Thalhah bin Ubadiliah ikut dalam semua perang bersama Rasulullah, kecuali saat perang Badar.
Bukan tidak mau membela Islam, perang Badar terjadi ketika Thalhah diperintahlan pergi Syam. Dia berangkat bersama Said bin Zaid.
Dari semuanya, perang Uhud yang dilakukan di bukit dengan nama yang sama menjadi pengingat umat Islam. Kemenangan sudah hampir dalam genggaman, tetapi berbalik menjadi kekalahan. Sebagian besar yang ikut perang melanggar perintah Rasulullah.
Saat perang berada dalam puncaknya, Thalhah melihar kondisi Rasulullah terdesak. Dia langsung mendekat dan memberi perlindungan.
Dengan berani, dia memapah Rasulullah mencari tempat aman. Dia melindungi Nabi Muhammad Saw dengan tangan dan dadanya. Sambil berjalan, tangan kanan yang memegang pedang terus menebas lawan yang menghalangi.
Ketika sudah berada di tempat aman, Rasul meminta Abu Bakar dan Abu Ubaidar bin Al-Jarvah membantu Thalhah. Namun, mereka melihat dirinya sudah tergeletak dengan tangan putus.
Abu Bakar dan Abu Ubaidar mengira Thalhah sudah syahid, ternyata hanya pingsan.
Para ahli Quran menyebutkan, kisah Thalhah bin Ubaidilah menjadi sebab turunnya Quran surat Al Ahzab (33) ayat 23.
- مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ رِجَالٌ صَدَقُوْا مَا عَاهَدُوا اللّٰهَ عَلَيْهِ ۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ قَضٰى نَحْبَهٗۙ وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّنْتَظِرُ ۖوَمَا بَدَّلُوْا تَبْدِيْلًاۙ
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya).
Selanjutnya, setelah perang Uhud, Rasulullah memberikan kabar gembira kepada Thalhah. Dia masih hidup, padahal sudah memberikan nyawanya.
Para ulama menafsirkan hadist, Thalhah masih hidup dan berjalan di muka bumi tetapi pahala syahid sudah menantinya di surge.
“Barangsiapa yang ingin melihat seorang laki-laki yang masih berjalan di muka bumi padahal ia telah memberikan nyawanya, maka ia hendaklah melihat Thalhah,”Kisah Thalhah bin Ubaidilah yang sangat menginspirasi. Jika orang mukmin saat ini tidak bisa menyamai semua amal dan ibadahnya, minimal bisa meneladani sebagian kecilnya.