Uwais Al Qarni lahir pada tahun 37 H di Yaman. Ia terlahir sebagai seorang yatim yang hanya tinggal bersama ibunya. Ibunya lumpuh dan tidak bisa berjalan, namun ia sangat menyayangi ibunya. Sosok Uwais digambarkan memiliki penyakit belang pada kulitnya, dan mereka adalah salah satu keluarga fakir yang ada di Yaman. Uwais bersama ibunya masuk Islam setelah mendengar seruan Rasulullah SAW.
Uwais Al Qarni sangat meneladani dan mencintai Rasulullah SAW. Namun ia sedih karena belum berkempatan untuk bertemu dengan Rasulullah SAW. Suatu hari ia pernah mendengar kabar bahwa gigi Rasulullah SAW patah akibat perang, mendengar hal itu membuat Uwais turut mematahkan giginya karena ingin merasakan apa yang Rasulullah SAW rasakan.
Suatu waktu, kerinduan Uwais Al Qarni kepada Rasulullah SAW sudah tidak dapat dibendung lagi. Ia benar-benar ingin bertemu secara langsung. Ia pun memberanikan diri dan meminta ijin kepada ibunya untuk pergi ke Madinah agar dapat menemui Rasulullah SAW. Ibunya tak kuasa dan akhirnya memberinya ijin, namun ibunya meminta Uwais untuk segera pulang karena kondisinya yang sakit dan butuh Uwais. Uwais pun berjanji untuk pulang sesegera mungkin.
Uwais pun pergi ke Madinah untuk menemui Rasulullah SAW. Namun ternyata begitu ia sampai di depan rumah Rasul, ia tidak dapat menemuinya karena kala itu Rasulullah SAW sedang mengikuti perang melawan para musuh Allah SWT. Ia hanya dapat bertemu dengan Aisyah RA, karena sosok Rasul yang dirindukannya tidak ada, ia akhirnya menitipakan salah kepada Rasulullah SAW melalui Aisyah RA. Ia bergegas pulang karena ingat janji yang telah ia buat bersama ibunya.
Ibunya pernah berkata ingin menunaikan haji, namun Uwais bingung bagaimana cara untuk menunaikannya, sementara mereka hidup kekurangan. Uwais pun berpikir dan memutar otak, dan kemudian ia mengumpulkan uang untuk membeli seekor lembu. Ia membuat kandang di atas bukit. Setiap harinya ia menggendong lembu tersebut hingga bukit. Delapan bulan berlalu, berat dari lembu yang Uwais beli saat itu sudah mencapai 100kg. Saat musim haji tiba, ia mengajak ibunya untuk menunaikan haji dengan digendong oleh Uwais. Ia merasa sudah cukup mampu untuk melakukan perjalanan dengan menggendong ibunya.
Begitu tiba di tanah suci Mekkah, masyarakat disana memperhatikan mereka, namun Uwais terus senantiasa mengendong ibunya dan melakukan wukuf di Arafah hingga Thowaf di Ka’bah. Ia berdoa agar Allah SWT dapat mengampuni seluruh dosa Ibunya. Ia hanya ingin dosa ibunya diampuni, dan meminta keridhaan dari ibunya saja. Sungguh luar biasa. Waktu pun berlalu, Rasulullah SAW mendengar kabar tentang Uwais dan kemudia berkata jika ada yang bertemu dengannya, mintalah doa, karena dia adalah salah satu penghuni langit.
Perkataan Rasulullah SAW itu terus dipegang oleh Umar bin Khattab sampai ia akhirnya diangkat menjadi khalifah. Setiap musim haji tiba, ia akan bertanya kepada jamaah haji dari Yaman dan menanyakan keberadaan Uwais Al-Qarni. Musim demi musim berlalu, Umar akhirnya bertemu dengan jamaah yang mengenal Uwais. Umar bertanya kabar dari Uwais, dan mereka bilang bahwa mereka adalah keluarga miskin dengan pakaian usang. Mendengar itu membuat Umar berkata kepada mereka, “Celakalah kalian. Sungguh, Rasulullah SAW pernah bercerita tentang Uwais. Kalau dia bisa memohonkan ampun untuk kalian, lakukanlah!” Umar bin Khattab akhirnya memiliki kesempatan untuk berjumpa dengan Uwais. Umar memintanya agar mendoakannya. Selain itu, Umar juga memberikan santunan dan meminta pemimpin kota Irak saat itu untuk memuliakan Uwais. Namun Uwais menolaknya, ia ingin hidupnya tenang tanpa gangguan orang lain. Beberapa tahun setelah Uwais bertemu dengan Umar, ia pun wafat.