Tokoh Pendidikan Islam Berpengaruh di Indonesia

No Comments

Tahukah kalian? bahwa di Indonesia ada beberapa tokoh pendidikan dalam Islam yang mempunyai peran dalam memajukan bangsa dan negara. Suksesnya pendidikan di Indonesia ini tentunya tidak lepas dari peran para ulama, mereka adalah pahlawan keberhasilan negeri. Oleh karena itu kita tidak sepatutnya melupakan jasa-jasa mereka. Pada ulasan ini akan menjelaskan biografi serta pendapat mengenai Pendidikan islam.   Yuk, simak ulasan berikut agar kalian dapat mengetahui informasi selengkapnya!

1. Kyai H. Ahmad Dahlan

Ahmad dahlan lahir di kauman, Yogyakarta tahun 1868. Ia berasal dari keluarga yang terkenal alim dalam ilmu agama. Ayahnya bernama KH. Abu Bakarbin Kyai Sulaiman, seorang iman dan khatib masjid besar kraton Yogyakarta. Sementara ibunya bernama Aminah, Putri KH. Ibrahim yang pernah menjabat sebagai penghulu di kraton Yogyakarta.

Menurut kyai H. Ahmad Dahlan, pendidikan islam hendaknya diarahkan untuk membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat. Pada tahun 1906, Ahmad Dahlan menjadi anggota Budi Utomo. Pengajaran agama yang diberikannya, diterima dengan baik oleh teman-temannya di Budi Utomo. Karena itulah, Ahmad Dahlan didorong untuk melembagakan kegiatan pendidikannya tersebut hingga berdirilah Muhammadiyah

Ide-ide menurut Ahmad Dahlan dalam pendidikan  yaitu :

  • Pembaruan di bidang lembaga pendidikan, yang semula sistem pesantren menjadi sistem sekolah.
  • Beliau memasukkan pelajaran umum ke sekolah-sekolah agama atau madrasah.
  • Dengan adanya organisasi Muhammadiyah beliau berhasil mengembangkan lembaga pendidikan yang lebih bervariasi dan manajemen yang modern.

2. K.H Hasim Asy’ari

K.H Hasim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 14 Febuari tahun 1981 M di Jombang Jawa Timur. Ia belajar agama Islam pada ayahnya sendiri K.H Asy’ari kemudian beliau belajar di pondok pesantren di purbolinggo, kemudian pindah lagi ke Plangitan semarang, Madura dan lain-lain. Setelah menikah, Hasyim Asy’ari menunaikan haji dan kemudian belajar dari beberapa ulama di Mekkah. Karena pemahaman dan ilmunya yang baik, ia dipercaya mengajar di Masjidil Haram. Pada 1899, setelah pulang ke Indonesia, Hasyim Asy’ari mendirikan Pesantren Tebuireng. Lalu, atas petunjuk dari gurunya, KH Kholil bin Abdul Latif Bangkalan, ia mendirikan Nahdlatul Ulama (NU).

3. H. O. S Tjokroaminoto

Raden Oemar Said Tjokroaminoto lahir di Ponorogo, 16 Agustus 1883. Pendidikan dasarnya ditempuh di Madiun, di sekolah Belanda. Sedangkan pendidikan lanjutan ia tempuh di OSVIA yang merupakan pendidikan untuk pegawai pribumi di Magelang, Jawa Tengah.

Beliau merupakan tokoh pendidikan Islam Indonesia yang gigih memperjuangkan masuknya pendidikan agama ke sekolah umum dan ikut berusaha memperjuangkan berdirinya Perguruan tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN). Bagi Tjokroaminoto pendidikan Islam dilakukan pertama kali dengan mengaji untuk mendalami agama islam, bukan hanya sekedar membaca disertai ilmu tajwidnya serta memaknai setiap ayat dalam kehidupan sehari-hari.

4. Buya Hamka

Haji Abdul Malik Karim Amrullah, lahir di Maninjau, Sumatera Barat, 16 febuari 1908. Putra dari Haji Abdul Karim Amrullah. Hamka pernah dipenjara, dan selama di dalam penjara ia menyusun sebuah karya yang monumental tafsir Al-Azhar 30 juz.Ketika Majelis Ulama Indonesia didirikan pada tanggal 27 Juli 1975, Hamka menjadi Ketua Umum yang pertama, sampai pada tahun 1981.

Menurut Buya Hamka hakekat pendidikan bertujuan untuk membentuk kepribadian manusia yang luhur. Pendidikan dan pengajaran sangatlah berbeda secara makna. Pendidikan mengarah kepada pengembangan nilai-nilai sedangkan pengajaran hanya pada aspek transfer of knowledge. Untuk dapat mewujudkan itu diperlukan wadah untuk mewujudkannya lewat pendidikan berasrama.

5. K.H.A Wahid Hasyim

Wahid Hasyim yang akrab di sapa dengan Gus Wahid lahir pada tanggal 5 Rabiul Awal 1333 H, di Jombang Jawa Timur. Karena di anggap nama tersebut tidak cocok dan berat maka namanya di ganti Abdul Wahid, mengambil nama dari seorang datuknya. Ia memiliki tingkat kecerdasannya yang tinggi serta tingkat hafalannya yang kuat, dalam belajar Gus Wahid tidak mengalami kesulitan.

Menurut beliau, tujuan pendidikan adalah untuk menggiatkan santri yang berahlakul karimah, takwa kepada Allah dan memiliki keterampilan untuk hidup. Artinya dengan ilmu yang dimiliki ia mampu hidup layak ditengah masyarakat, mandiri, tidak jadi beban bagi orang lain. Ia berperan besar dalam kemajuan pendidikan Islam karena pada tahun 1935, Abdul Wahid mengusulkan untuk mendirikan madrasah nizamiyah dan diterima oleh Ayahnya. Madrasah yang didirikan tersebut mambagi sistem pembelajaran yaitu 70% llmu pengetahuan dan sisanya untuk ilmu agama.

wah , ternyata tiap tokoh ini sama-sama memiliki persamaan yaitu ingin memajukan pendidikan pada Indonesia. Semoga artikel ini dapat membantu Sobat cendekia untuk menambah pengetahuan seputar tokoh pendidikan pada Indonesia ya!

Referensi :

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu