Sahabat Islam Cendekia, pastinya di antara kalian udah gak asing lagi sama kalimat yang bunyinya rezeki hingga jodoh sudah ditetapkan oleh Allah SWT, bahkan saat kita masih berada di dalam kandungan. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah, sebab Allah memang telah menjamin rezeki hingga jodoh untuk setiap umat-Nya. Tetapi, perlu diingat untuk mendapatkan keduanya gak bisa kita hanya sekedar untuk menunggu mereka datang. Kita harus tetap menjemputnya, bagaimana caranya? Ya, dengan berusaha tentunya.
Untuk kasus ini mungkin masih ada belum mengerti, maka dari itu, yuk, simak artikel di bawah ini agar kita dapat menyimpulkan secara benar perihal hakikat dari rezeki dan jodoh.
1. Rezeki
Yang sama-sama kita ketahui, rezeki adalah segala sesuatu yang halal dan bermanfaat dari Allah SWT untuk para umat-Nya. Rezeki yang diberikan Allah SWT sangat banyak, bisa berupa uang, pakaian, makanan, hingga pasangan hidup pun bisa dikatakan itu rezeki yang Allah titipkan, lho. Selain itu rezeki juga dapat berupa nikmat sehat, pengelihatan, pendengaran hingga memiliki keturunan yang shaleh dan shalehah.
Ar-rizqu (rezeki) bisa diartikan sebagai apa saja yang bisa dimanfaatkan atau juga bisa diartikan sebagai bagian atau porsi yang telah ditetapkan oleh Allah berikan kepada umat-Nya. Hal ini dibuktikan melalui ayat-ayat tentang rezeki yang lebih banyak menunjukan harta (barang dan jasa) yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Perlu digaris bawahi kalau rezeki itu berbeda, ya, dengan kepemilikan. Lalu bedanya apa? Kepemilikan sendiri merupakan suatu penguasaan yang dilakukan dengan tatacara yang diperbolehkan secara syariah untuk memiliki atau menguasai harta. Sedangkan rezeki mencakup rezeki yang halal maupun haram. Mengapa demikian? Karena rezeki halal dan haram itu adalah rezeki yang memang sudah diberikan oleh Allah ketika kamu telah berbuat sesuatu untuk memperoleh rezeki.
Sebagaimana dalam Quran surat al-Baqarah [2]: 57, 60; an-Nisa’ [4]: 5; ar-Ra’d [13]: 26; al-Hajj [22]: 34) yang menunjukan bahwasanya rezeki bukan hanya dapat dimanfaatkan secara riil, tetapi bisa dikuasai dengan baik maupun tidak. Tidak disini dimaksudkan pada apa saja yang bisa dimanfaatkan secara riil tanpa ada ayat khusus, karena ayat-ayat tersebut memiliki sifat umum dan penunjukannya pun juga dilakukan secara umum.
Rezeki dan Usaha
Nah, seperti yang sudah dikatakan di awal, bahwa banyak sekali yang masih mengira bahwasanya rezeki akan datang dengan sendirinya. Namun, jika dilihat secara realistis masih banyak orang-orang yang telah berusaha sekuat tenaga dan pikirannya tetapi rezeki itu gak kunjung datang, bahkan gak jarang mereka malah merugi.
Dan sebaliknya, ada juga fakta yang mengatakan jika rezeki akan datang pada seseorang walaupun ia tidak melakukan usaha yang berlebih. Lalu mengapa demikian? Hal ini menunjukkan bahwa usaha bukanlah hal utama bagi datangnya suatu rezeki. Dalam artian manusia tidak memiliki hak penuh dalam menentukan rezeki dan Allah lah yang menentukan rezeki itu untuk datang kepada umat-Nya. Hanya Allah lah yang memberi manusia menurut kehendak-Nya.
Dalam Quran Surat al-Fajr [89]: 15-16, menjelaskan bahwa Allah swt meluaskan dan menyempitkan rezeki seorang hamba sesuai kehendak-Nya. Itu adalah ujian bagi setiap hamba. Perlu di ingat kalau kaya dan miskin gak memiliki sifat yang baik atau buruk, tetapi kaya dan miskin itu akan menjadi baik atau buruk, memuliakan ataupun menghinakan, akan ditentukan oleh bagaimana sikapnya.
2. Jodoh
Jodoh adalah kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki makna tertentu. Tentunya, kata ini berbeda dengan kata untuk suami, istri ataupun pasangan hidup. Sedangkan menurut KBBI jodoh adalah “pasangan yang cocok” baik pria maupun wanita. Maka dari itu, kata jodoh memiliki makna yang lebih spesifik untuk pemilihan kata suami, istri ataupun pasangan hidup. Hal ini disebabkan karena kata Jodoh memiliki penjelasan yang lebih bersifat khusus dari sekedar kata untuk pasangan hidup.
Nah, kali ini kita akan membahas apakah Allah SWT sudah menentukan Lauhul Mahfudz, sebelum kita dilahirkan. Dalam artian apakah Allah sudah menetapkan takdir dalam azal umatnya, seperti A akan berpasangan dengan B dan C akan dipasangkan dengan D dan sebagainya atau tidak?
Dalam menjawab hal ini, tentunya kamu harus memahami studi-studi tentang nash-nash yang memiliki kaitan dengan topik tersebut dan tentunya harus berdasarkan pada Al-Qur’an serta as-Sunnah atau dalil yang sesuai. Sehingga nantinya tidak memiliki dasar yang berkaitan dengan nash Al-Qur’an dan As-Sunnah baik ia berupa adat, tradisi, pameo, peribahasa, dan sebagainya.
Dan perlu diingat lagi, jika pembahasan tentang jodoh ini akan termasuk dalam perkara Qadha atau tidak diperkenankan untuk dicampur adukkan dengan pembahasaan tentang keimanan bahwa Allah adalah Maha Pengatur. Dengan demikian, masing-masing dari topik ini memiliki bahasan tersendiri dan harus dibahas berdasarkan nash-nash yang terkait dengan topik itu sendiri, teman-teman.
Maka dari itu, terkait untuk pertanyaan jodoh itu sendiri, Kaum Ahlussunnah wal Jamaah meyakini bahwa, Kita sebagai manusia, telah memiliki banyak opsi yang gak terhingga. Bahkan ada juga Qada yang dimana ia gak akan sama sekali memiliki atau menemukan jodohnya hingga akhir hayatnya. Karena kita gak tahu Qada yang ditentukan oleh Allah swt. Yang kita harus ketahui adalah saat Qada akan menjadi Qadar, karena disitulah takdir akan terjadi kepada kita. Sehingga, kita selaku umat-Nya kita harus berikhtiar karena berikhtiar itu sama dengan kita berupaya, berusaha dan itu termasuk juta kita berdoa dalam hal jodoh.
Dan itulah tadi sedikit pembahasan mengenai rezeki dan jodoh yang bisa sama-sama kita pahami sebagai umat muslim. Semoga bermanfaat!