Patut Dijadikan Teladan, Kisah Mu’adz Bin Amr Bin Jamuh, Remaja Bermental Baja di Perang Badar

No Comments

Perang badar adalah salah satu perang besar yang banyak menyisakan cerita serta hikmah untuk kaum muslimin. Selain cerita tentang cideranya Nabi Muhammad, kisah lain yang mendapat sorotan adalah kisah Mu’adz bin Amr bin Jamuh. Seorang pemuda muslim yang memiliki semangat luar biasa untuk ikut serta dalam perang meski usianya terbilang muda

Terjun dalam perang Badar saat menginjak usia 14 tahun, awalnya Nabi Muhammad SAW merasa ragu. Namun, ketika menyaksikan semangatnya yang begitu menggebu-gebu Nabi pun akhirnya mengijinkan pemuda itu untuk ikut serta. Bahkan berkat jasanya, kaum Quraisy telah kehilangan tokoh penting saat perang Badar tersebut. Bagaimana kisah heroik pemuda ini? baca hingga tuntas ya.

Kisah Mu’adz Bin Amr Bin Jamuh yang Penuh Hikmah dan Teladan

Saat memutuskan untuk ikut serta dalam perang Badar, Mu’adz bin Amr bin Jamuh tidak sendirian. Ia bersama sahabatnya yakni Mu’awwidz bin Afra’ anak dari Afra’ binti Ubaid, yang dikenal sebagai ibu para syuhada. Kedua pemuda yang berasal dari Madinah ini, pada saat itu masih berusia belia ketika Rasulullah mengumumkan seruan perang Badar.

Begitu antusiasnya kedua pemuda itu saat mendengar seruan tersebut, keduanya langsung menghadap Rasulullah untuk mengutarakan keinginannya. Akan tetapi, ketika melihat usia mereka yang masih belia, Rasulullah awalnya merasa ragu. Kedua pemuda tersebut terus meyakinkan Rasulullah bahwa mereka telah pantas untuk turun ke medan perang.

Setelah mempertimbangkan banyak hal, termasuk melihat tubuh keduanya yang kuat dan bagus serta keinginan mereka untuk menjemput syahid yang menggebu, Rasulullah pun akahirnya menerima mereka untuk bergabung dalam pasukan Islam di Perang Badar. Kesempatan ini tentunya tidak disia-siakan oleh Mu’adz bin Amr bin Jamuh serta Mu’awwidz bin Afra.

Keduanya bahkan telah memiliki target untuk membunuh Abu Jahal. Musuh Islam paling kuat saat itu. Hal senada juga diceritakan oleh Abdurrahman bin Auf, ketika bersisian dengan kedua pemuda tersebut di barisan pasukan muslim. Mu’adz bin Amr bin Jamuh, bahkan berbisik di telinganya, “Wahai Paman, tunjukkan padaku yang manakah diantara mereka yang bernama Abu Jahal”.

Abdurrahman bin Auf pun bertanya mengapa mereka ingin membunuh Abu Jahal.

“Kudengar ia sering sekali mencaci maki Rasulullah. Demi yang diriku ditangan-Nya, jika aku sudah melihatnya, maka tak kubiarkan dia lolos dari penglihatanku hingga siapakah diantara kami yang mati terlebih dahulu”.

Abdurrahman bin Auf terdiam mendengar perkataan pemuda tersebut, kemudian Mu’awwid bin Afra pun ikut berkata hal yang senada. Sejurus kemudian Abdurrahman bin Auf pun menajamkan pandangannya mencari-cari Abu Jahal diantara pasukan kaum Quraisy yang tengah berperang  melawan kaum muslim.

Abdurrahman bin Auf yang berhasil menemukan sosok Abu Jahal diantara lautan manusia yang tengah berperang pun menunjukkannya pada Mu’adz dan Mu’awwidz. “Wahai pemuda, itulah sasaran yang engkau tanyakan tadi”.

Mendengar perkataan Abdurrahman semangat keduanya pun langsung membara. Tekad bulat Mu’adz dan Mu’awwidz untuk membunuh Abu Jahal tidak terbendung lagi.  Dalam perang tersebut, Mu’adz sempat mendengar perkataan kaum musyrikin yang menuturkan bahwa tidak ada seorang pun kamu muslim yang berani menyentuh Abu Jahal yang saat itu tengah berada dalam kawalan yang sangat ketat oleh kaumnya.

Hal tersebut sangat wajar mengingat Abu Jahal adalah komandan terkemuka dari kaum Quraisy. Pasukan Quraisy tentu akan melindungi dan membelanya. Ia adalah simbol kekufuran sekaligus komandan tertinggi yang akan selalu dilindungi dan dibela.

Meskipun Abu Jahal telah mendapat perlindungan sedemikian rupa ketatnya, hal tersebut tidak menyurutkan keinginan Mu’adz bin Amr bin Jamuh untuk membunuhnya. Ia terus meneguhkan keinginannya agar bisa melaksanakan tugas dan merealisasikan cita-citanya.

Dalam perang Badar yang bergejolak, Mu’adz bin Amr bin Jamuh akhirnya berhasil mendekati Abu Jahal dan memukulkan pedang padanya hingga betis Abu Jahal terputus. Padahal saat itu Abu Jahal tengah berada dalam kawalan ketat pasukan musyrikin.

Walaupun berhasil menebas betis Abu Jahal, pada saat perang tersebut masih berkecamuk, Mu’adz bin Amr bin Jamuh juga kehilangan tangannya akibat tebasan Ikrimah anak dari Abu Jahal. Mu’awwidz yang datang kemudian ikut menebas Abu Jahal hingga nafasnya dalam keadaan tersengal-sengal.

Abu Jahal kemudian tersungkur ke tanah tidak berdaya, tapi ia masih memiliki sisa-sisa nafas terakhir. Hingga kemudian datang Abdullah bin Mas’ud yang datang menghabisi nyawa Abu Jahal.

Setelah memastikan bahwa Abu Jahal telah terbunuh, Mu’adz bin Amr bin Jamuh serta Mu’awwidz bin Afra datang menjumpai Rasulullah dan mengatakan bahwa mereka telah berhasil membunuh Abu Jahal.

Sebagai imbalan karena keduanya berhasil membunuh Abu Jahal, Rasulullah pun secara khusus memberikan sebagian harta rampasan kepada Mu’adz bin Amr bin Jamuh. Sedangkan Mu’awwidz bin Afra tidak sempat merasakan hadiahnya karena telah menemui syahid di perang Badar usai membunuh Abu Jahal. Jejak dari kisah Mu’adz bin Amr bin Jamuh tentunya layak dijadikan teladan, utamanya anak muda sekarang yang seharusnya tidak pantang menyerah dan memiliki semangat luar biasa dalam membela Islam dan menentang kedzaliman.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu