Makna dasarnya adalah “mengaku” atau “memperhalus”. Makna ini kemudian berkembang menjadi “menciptakan dari tiada” atau ” menciptakan tanpa satu contoh terlebih dahulu “
Pesan Sosial – Ekonomi Al Khaliq
- Berusaha mengoptimalkan diri
Allah telah menganugerahi manusia dengan perlengkapan jasmaniah seperti mata, telinga, tangan dan kaki. Allah juga melengkapi manusia dengan perangkat rohani seperti akal dan budi. Akal adalah perangkat untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Budi merupakan software untuk mengetahui yang jelek dan yang bagus, yang indah dan tidak indah, dan seterusnya. Dengan potensi jasmani dan rohani ini manusia dapat mengoptimalkan kemampuan dirinya, misalnya dengan cara menghasilkan suatu karya, cipta dan rasa bermanfaat bagi dirinya dan orang lain - Menciptakan Sesuatu yang Baru
Tidak sekedar berkarya, manusia pun bisa lebih mengoptimalkan potensi ruhaninya untuk menghasilkan sesuatu yang baru atau karya karya besar. Banyak orang yang namanya tercatat sebagai orang besar karena kemampuannya dalam berinovasi ini.
Sumber Landasan Sikap dan Mental
- Menggunakan mata “menyaksikan” berbagai karya atau produk yang ada, sebagai inspirasi dalam menghasilkan produk yang dibutuhkan
- Memanfaatkan telinga untuk “mendengarkan” suatu proses penciptaan karya atau produk tertentu serta langkah langkah praktis yang dapat dilakukan- termasuk kelebihan dan kekurangannya
- Mendayagunakan akal dan budi “secara kreatif” untuk bisa menghasilkan suatu produk dan karya yang lebih baik atau baru, serta memberi kemaslahatan bagi sesama
- Secara Bersamaan, menggunakan segenap potensi jasmani dan rohani – termasuk materi dan/atau sumber daya lain – dalam mewujudkan terciptanya produk atau karya yang dimaksud