Kisah Al Barra Bin Malik , Sang Prajurit Perindu Syahid

No Comments

Sebagai salah satu sahabat Rasulullah SAW, Al Barra bin Malik tak pernah sekalipun absen kehadirannya dalam perang mengharapi musuh-musuh Allah SWT, yaitu kaum musyrik. Ia adalah sahabat asal Madinah yang masih bersaudara dengan Anas bin Malik dan sangat merindukan syahid. Alh Barra bin Malik selalu menjadi pasukan garis depan saat sedang perang melawan kaum musyrik, meskipun sosoknya digambarkan memiliki badan yang kurus dengan kulit yang gelap. Tapi kekokohannya melawan pasukan musyrik mampu menawaskan ratusan orang di depan dengan pedangnya sendiri.

Ia pernah mengalami luka-luka parah dalam perang Yamamah di masa pemerintahan Abu Bakar. Perang Yamamah adalah perang melawan nabi palsu bernama Musailamah Al Kadzdzab. Khalid bin Walid yang saat itu mengikuti perang meminta Al Barra untuk kerahkan pasukannya. Kemudian ia menyerukan kepada kaum Anshar untuk maju sebagai syahid melawan musuh Allah SWT. 

Musailamah melihat banyak pasukannya yang gugur dalam perang tersebut membuatnya gentar dan meminta pasukannya untuk masuk ke dalam benteng dan berlindung. Pasukan Musailamah kemudian berlari memasuki benteng dan langsung memblokade benteng tersebut agar pasukan muslim tidak dapat masuk. Al Barra yang melihat hal tersebut pun berinisiatif untuk melemparkan dirinya ke dalam benteng tersebut agar dapat membuka jalan bagi pasukannya. Tidak butuh waktu lama bagi tubuhnya yang kurus untuk bisa terlempar ke dalam benteng. Ia pun berhasil membukakan jalan dan menang melawan pasukan Musailamah Al Kadzdzab meski tubuhnya mengalami luka parah.

Akibat keberanian yang menawarkan dirinya dilempar memasuki benteng berakhir dengan luka parah dan membuatnya perlu waktu yang lumayan laman untuk pemulihan. Ia juga dihujani rasa kecewa karena dirinya tidak gugur dan syahid dalam perang tersebut. Tak lama setelah pulih dari luka-luka, ia kemudian ikut serta dalam perang di Irak untuk pembebasan Persia. Ia bersama kaum muslim lainnya maju demi mewujudkannya. 

Saat sedang perang, mereka baru mengetahui bahwa pasukan musuh menggunakan pengait-pengait besar yang panas untuk melawan pasukan muslim. Mereka melemparkan kait-kait panas tersebut melalu bentengnya dan mengenai tubuh pasukan muslim di depan. Saudaranya Anas terkena kait panas tersebut. Tak rela melihat saudaranya yang terkena kait panas, Al Barras kemudian mencoba melepaskan kait tersebut dari badan Anas meskipun tangannya harus menahan panasnya besi dan melepuh. Ia mengerahkan seluruh tenaganya untuk melepaskan kait panas itu. 

Tak lama ia pun berhasil melepaskannya meski kedua tangannya telah terbakar oleh kait panas itu, tangannya hanya tersisa kerangka dengan daging hangus terbakar. Luka bakar yang diderita memakan waktu yang cukup lama juga untuk sembuh. Dia juga menyayangkan dirinya yang tidak syahid dan bertekad untuk syahid dalam perang selanjutnya. Dan do’anya untuk syahid ternyata dikabulkan oleh Allah SWT pada perang Tutsur melawan penduduk Ahwaz dan Persi.  Perang ini terjadi pada masa pemerintahan Umar bin Khattab. Umar saat itu meminta pasukan tambahan dari Kufah untuk ikut perang tersebut. Perang Tutsur ini dimulai dengan duel satu lawan satu. Al Barra kemudian berhasil mengalahkan ratusan pasukan Persi. Perang terus berlanjut hingga Allah SWT mengabulkan do’a Al Barra bin Malik untuk gugur dalam perang dan syahid. Dalam perang ini Al Barra akhirnya syahid dengan keadaan tersenyum. Sunggu luar biasa.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu