Ketika raja di bumi khusyu berdoa dan mengakui dosa, penguasa langit akan menurunkan rahmatnya. Mungkin ungkapan ini cukup menggambarkan apa yang dilakukan Abdurrahman An Nashir, raja besar di Andalusia untuk kebaikan negerinya. Pada masa pemerintahannya, Andalusia berada di puncak kejayaan.
Raja Abdurrahman An Nashir lahir di Cordoba pada tahun 890 M/ 227 H. Abdurrahman an-Nashir dikenal juga dengan sebutan Nama lengkap Abdurrahman An Nashir adalah Abul Mutharrif Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah Al-Marwani. Ibunya bernama Maria, seorang hamba sahaya. Abdurrahman al-Nasir lahir sebagai keturunan keenam dari Abdurrahman ibn Muawiyah al-Umawy, pendiri Daulah Umawiyah di Spanyol. Ia tumbuh besar dalam keadaan yatim. Ayahnya meninggal ketika ia berusia dua puluh hari. Ia kemudian diasuh dan dibesarkan oleh sang kakek.
Masa Pemerintahan Abdurrahman An Nashir
Abdurrahman An Nashir kecil adalah seorang pemuda yang sangat cemerlang. Walaupun usianya masih muda, telah terlihat bahwa ia memiliki wawasan dan keilmuan yang melebihi usianya. Ia telah mempelajari Al-Qur’an dan As-Sunnah sejak masih kanak-kanak hingga melewati usia 10 tahun. Selain itu, ia juga sangat menguasai ilmu lain, seperti nahwu, syair, dan sejarah. Bahkan secara khusus, ia sangat mahir dalam seni pertempuran. Hal ini membuat kakeknya dalam beberapa kesempatan mempercayakan banyak misi penting untuk Abdurrahman An Nashir. Terkadang ia juga ditugaskan untuk mendampingi kakeknya dalam beberapa kesempatan.
Abdurrahman An Nashir orang yang paling cakap dan paling besar di antara semua khalifah Bani Umayyah yang pernah memerintah di Andalusia. Ia menjadi khalifah ke-8, menduduki takhta pada 912 M ketika masih berusia 23 tahun. Kepribadiannya kuat, ia juga memiliki pertimbangan yang selalu tepat, hati yang teguh, dan juga berani.
Sebelum Abdurrahman An Nashir berkuasa, Dinasti Umawiyah berada dalam masa terendahnya. Hal ini mengakibatkan banyak terjadi pemberontakan dan banyak provinsi yang melepaskan diri. Setelah naik takhta, dalam sebuah pernyataan ia menuntut semua warganya untuk tundak tanpa syarat, tanpa memandang kelas. Dia berusaha menyingkirkan kebijakan yang merugikan dalam pemerintahannya. Ia memiliki rencana besar, selain membasmi para penyeleweng dan pengacau, juga berupaya menciptakan keseimbangan politik, memulihkan perdamaian dan stabilitas dinasti yang tengah kacau.
Abdurrahman An Nashir mendirikan pusat kota yang diberi nama Madinah Az-Zahra. Ada sekitar 500.000 orang yang bermukim di kota ini. Madinah Az-Zahra menjadi kota terbesar kedua di dunia setelah Baghdad dengan dua juta orang penduduk. Kota ini memiliki 3000 masjid, 900 pemandian umum, 700 perpustakaan, madrasah, rumah sakit. Di kota ini juga terdapat taman kota serta bukti-bukti kemajuan peradaban lainnya.
Ia mengalokasikan sepertiga pendapatan negara setiap tahun untuk memajukan pendidikan dan kebudayaan. Saat Abdurrahman An Nashir berkuasa, banyak ilmuwan besar lahir, seperti Ahmad bin Nasar yang astronom, para filsuf seperti Ibnu Masarrah, dan para dokter seperti Said dan Yahya bin Isyak.
Sang Pemimpin yang Berani
Keteguhan hati dan keberanian Abdurrahman An Nashir tidak perlu diragukan lagi. Ia dengan gagah berani menghentikan gerakan pemberontakan yang terjadi di Andalusia. Ia juga mampu membuktikan wibawa kekuasaannya, dari sungai Ebro sampai Atlantik.
Sebagai pemimpin yang berani, ia memimpin sendiri tentaranya melawan para pemberontak di selatan. Ia berhasil merebut benteng Ecija, menundukkan Gubernur Sevilla serta menghancurkan musuh Bani Umayyah yang terkenal paling kuat, Ibnu Hafishan hingga bentengnya, Barbastro berhasil diduduki.
Doa Pemimpin yang Bijak
Pada masa pemerintahan Abdurrahman An Nashir, Andalusia pernah dilanda kekeringan, Sang Khalifah bersama rakyaknya melakukan salat istisqa berjamaah dengan imam Al Qadhi Mundzir bin Saad. Di sini, ia berdoa dalam munajat panjang yang syahdu. Belum ada orang yang meninggalkan tempat salat, tetapi hujan deras sudah turun mengguyur bumi. Sungguh sebuah keajaiban doa seorang pemimpin yang adil dan bijaksana. Abdurrahman An-Nashir memerintah Andalusia selama hampir lima puluh tahun. Sang pemimpintutup usia pada Oktober 961 M, bertepatan dengan bulan Ramadhan 350 H pada usia yang ke 72 tahun. Dengan seluruh pencapaian yang diraihnya, masa pemerintahan Abdurrahman An Nashir merupakan masa keemasan Andalusia. Ia mengangkat negeri yang berantakan menjadi sebuah negara besar yang makmur dan berjaya.